Minggu, 08 Oktober 2017

5 TAHUN PEMBANGUNAN, GEREJA KATOLIK ST. ALBERTUS AGUNG - TANJUNG BUNGA RESMI MENJADI GEREJA PAROKI.

          Umat Katolik patut berbahagia dan berbangga, karena tepat pada Hari Minggu (8/10/17) Gereja Katolik ST. Albertus Agung – Tanjung Bunga Telah Resmi menjadi Gereja Paroki setelah sebelumnya menjadi Gereja Stasi Paroki ST. Yakobus – Mariso & Gereja Kuasi. Gereja Katolik Paroki Santo Albertus Agung – Tanjung Bunga ini sebelumnya telah diberkati pada tanggal 21 Januari 2017 dan akhirnya diresmikan secara langsung oleh Bapa Uskup Agung Keuskupan Agung Makassar Mgr. John Liku Ada’, Pr. dan Walikota Makassar Ir. Ramdan Pomanto.

         Adapun serangkaian acara peresmian ini dimulai dengan misa bersama para umat Gereja Katolik Paroki Santo Albertus Agung – Tanjung Bunga dan para Imam yang dipimpin langsung oleh Bapa Uskup Mgr. John Liku Ada’ Pr. Misa dimulai pada pukul 08.30 WITA yang dimeriahkan dengan persembahan meriah berupa tarian adat dan beberapa umat yang mengenakan pakaian adat pula sehingga Ciri Khas Adat Sulawesi Selatan lebih terasa dalam rangkaian misa.





              
                Dalam misa tersebut Bapa Uskup Mgr. John Liku Ada’,Pr juga melantik Pastor Lukas Paliling, Pr sebagai Pastor Paroki Gereja Katolik ST Albertus Agung – Tanjung Bunga setelah sebelumnya Gereja Katolik Paroki Santo Albertus Agung – Tanjung Bunga dipimpin oleh Pastor Leo Paliling, Pr yang juga merupakan Pastor Paroki ST Yakobus-Mariso (sebelum menjadi Pastor Paroki ST Fransiskus – Asisi saat ini).





                Selain Walikota Makassar dan Uskup Agung, hadir juga beberapa tokoh masyarakat yang lainnya dalam acara ramah-tamah yang dilaksanakan setelah misa, yaitu perwakilan dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Sulawesi Selatan & Kota Makassar, Pihak TNI dan POLRI, dan Pihak Kecamatan setempat.

Dalam sambutannya, Bapak Walikota Makassar Ir, Ramdhan Pomanto menyampaikan bahwa hadirnya Gereja Katolik Paroki Santo Albertus Agung – Tanjung Bunga ini melengkapi swadaya masyarakat yang ada di wilayah Tanjung Bunga, mengingat Kawasan Tanjung Bunga masih terhitung kawasan pemukiman yang baru di Kota Makassar, dan menjadi magnet kebersamaan & menjadi semangat baru untuk beribadah bagi umat beragama di Kota Makassar. “Kota Makassar tidak hanya butuh usaha, tapi juga butuh doa. Karena tempat-tempat berdoa yang baik merupakan salah satu berkat Tuhan bagi kita agar lebih dekat padanya untuk berdoa bagi Kota Makassar yang lebih baik.”


Walikota Makassar, Ir Ramdan Pomanto

Ketua Panitia Pemberkatan Gereja Katolik Santo Albertus Agung

Perwakilan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulsel

Uskup Agung Makassar, Mgr John Liku Ada', Pr





















































Setelah acara sambutan dari masing-masing perwakilan, peresmian Gereja secara simbolis dilaksanakan di depan Gedung Gereja Katolik Paroki Santo Albertus Agung – Tanjung Bunga dengan  prosesi penandatanganan oleh Walikota Makassar dan Uskup Agung Keuskupan Agung Makassar (KAMS), dilanjutkan dengan pelepasan burung merpati dan pelepasan balon. Dan dipenghujung acara para umat & tamu undangan dihibur dengan penampilan dari berbagai kategorial berupa tarian & nyanyian dan tak lupa santap siang bersama serta foto bersama. (Vi)







Minggu, 24 September 2017

LEPAS SAMBUT PASTOR PAROKI & PASTOR KAPELAN GEREJA KATOLIK ST YAKOBUS MARISO, PASTOR LEO MENETESKAN AIR MATA SAAT MENYANYIKAN SEBUAH LAGU.




                Sekitar 1000 umat Paroki ST. Yakobus Mariso – Keuskupan Agung Makassar bersamapara tamu undangan mengikuti rangkaian prosesi lepas – sambut Pastor Paroki dan Pastor Kapelan Gereja Katolik ST Yakobus Mariso  yang baru pada tanggal 24 September 2017 yang berlangsung sejak pukul 08.00 – 14.00 WITA.
Acara ini dilaksanakan sebagai ungkapan terimakasih umat Paroki ST Yakobus Mariso kepada RD Leo Paliling yang telah mendampingi para umat selama kurang lebih 10 tahun sebagai Pastor Paroki dan RD Agustinus Kale’pe yang juga mendampingi umat Paroki ST Yakobus Mariso selama kurang lebih 1 tahun lamanya, dan juga sebagai tanda selamat datang kepada RD Herman S. Panggalo sebagai Pastor Paroki dan RD Ignatius Pabendon sebagai Pastor Kapelan yang baru.


Para Pastor Paroki & Pastor Kapelan yang baru dan lama mempersembahkan sebuah lagu.
Dari kiri ke kanan: Pastor Agus,Pastor Leo, Pastor Herman,Pastor Ignas.

Setelah misa bersama di Gereja Katolik ST Yakobus Mariso, umat berpindah ke AULA Seminari ST Petrus Claver untuk mengikuti acara ramah tamah yang berisi hiburan dan santap siang bersama.  Dan dalam acara ini berbagai kategorial memberikan penampilan yang terbaik dalam bentuk tarian, nyanyian, dan musikalisasi puisi, dan tak kalah serunya juga para Pastor yang menyanyikan lagu mereka.





Orang Muda Katolik (OMK) Bersama Pastor Leo &Pastor Agus


Dalam acara ini ada peristiwa mengharukan yang terjadi. Saat Pastor Leo dipersilahkan untuk menyanyikan sebuah lagu bersama 2 orang umat, Pastor Leo terlihat meneteskan air matanya.”Kini Terasa sungguh, semakin engkau jauh semakin terasa dekat. Akan ku kembangkan kasih yang engkau tanam di dalam hatiku…”, begitulah sepenggal  lagu yang berjudul “Nuansa Bening’ yang dipopulerkan oleh Vidi Aldiano yang membuat Pastor Leo mengenang masa-masa dimana dia mendampingi umatnya selama 10 tahun lamanya, waktu yang sangat lama. Bukan hanya Pastor Leo yang bersedih,para umat pun terlihat sangat bersedih karena tidak rela harus melepaskan Pastor Paroki yang begitu lama & setia menemani umatnya selama itu.



Pastor Leo (tengah) saat menyanyi bersama umat & tertunduk karena terharu

Dalam sambutannya pula, pihak Dewan Patoral Paroki ST Yakobus Mariso menyampaikan limpah terimakasih kepada Pastor Leo dan Pastor Agus yang telah membimbing umatnya dan mengucapkan selamat datang kepada Pastor Herman & Pastor Ignas. “Apapun kebijakan yang dipilih oleh Pastor Herman, kami dari Dewan Pastoral siap mendukung!”, ungkap Pak David Karim selaku Pengurus Harian Dewan Pastoral Paroki ST Yakobus Mariso.




Pastor Leo & Pastor Agus bersama para ketua wilayah Paroki St Yakobus Mariso.


Pastor Leo akan menjadi Pastor Paroki di Gereja Katolik ST. Fransiskus Asisi dan Pastor Agus akan menjadi Pastor Kapelan di Gereja Katolik Kristus Raja-Andalas. Dengan terlaksananya acara ini maka Pastor Paroki dan Pastor Kapelan Paroki ST Yakobus Mariso resmi bertugas di tempatnya yang baru.  (vi)

Selasa, 11 Juli 2017

Atap Sulawesi, Puncak Rantemario

Trangulasi Puncak Rantemario
Puncak Rantemario merupakan puncak gunung tertinggi yang dimiliki Pulau Sulawesi yang terletak di Pegunungan Latimojong Kabupaten Enerekang-Sulawesi Selatan dengan ketinggian 3.478 mdpl, dengan ketinggiannya tersebut itulah mengapa Puncak Rantemario disebut dengan julukan "Atap Sulawesi'.










Untuk sampai ke Puncak Rantemario, para pendaki harus menggunakan kendaraan off-road (mobil & motor) dari Pasar Tradisional menuju Desa Karangan yang merupakan titik start pendakian. Selama perjalanan anda akan melewati rumah penduduk, jalanan berbatu dan terjal, sungai, pematang sawah, dan kubangan lumpur. Medan perjalanan yang sangat extreme ini akan memakan waktu kurang lebih 5 jam.
sungai yang harus dilewati menuju Desa Karangan (Base Camp)

Medan perjalanan menuju Desa Karangan
Base Camp di Desa Karangan (start point)

Setelah tiba di Desa Karangan, pendaki akan berjalan / mendaki melewati 7 titik/ 7 pos, dan tidak semua pos memiliki sumber air. Sumber air akan anda temukan di Pos 2, Pos 5, dan Pos 7. Di awal pendakian anda juga akan melewati kebun kopi milik warga setempat, setelah itu bersiap-siaplah dengan pendakian yang terjal, berbatu, dan tak jarang anda akan mendapatkan medan yang berlumut. 
Di lokasi pendakian anda hanya bisa mendirikan tenda di 2 tempat, yaitu di Pos 5 dan di jalur Pos 7 menuju puncak, hal ini disebabkan karena kurangnya lahan datar yang bisa digunakan sebagai tempat untuk mendirikan tenda.

pos 2 

pos 5

pos 7

Suhu di Gunung Rantemario sangat dingin, pada malam hari bisa mencapai 5 derajat Celcius dan cuacanya berkabut. Anda juga akan melihat tanaman-tanaman langka/dilindungi, salah satunya yaitu Kantung Semar. Apabila beruntung, pendaki akan mendapatkan Buah Kalpataru, yaitu buah yang sampai saat ini tidak diketahui darimana pohon asalnya.









Sesampainya di puncak, seluruh perjalanan dan rasa lelah akan terbayarkan dengan keindahan pemandangan dari atas puncak Rantemario. Awan yang mengepul, jejeran pegunungan, burung elang yang terbang bebas, dan hamparan pepohonan hijau. (VAM)